Cerita Tentang Seseorang Yang Terjaga Tengah Malam

Semalaman terjaga, gak bisa tidur.

Mungkin kalian pernah juga seperti itu, ketika kalian kenyang tidur siang dan malamnya susah nutup mata sama sekali. Itu nyiksa banget.

Semalaman saya gak tidur, guling-guling di kasur aja kayak Choji (padahal ga demen Naruto). Saya baca ulang semua novel yang saya punya sambil menganalisis gaya tulisan dan keunggulan si penulis. Maklum, saya ini orangnya agak kompetitif kalau udah ambisius.

Setelah bosen, saya buka-buka laci bawah meja saya, baca-baca semua buku kelas 7 dan kelas 8 yang ternyata masih banyak isinya. Sial, dulu saya suka lupa bawa buku tulis dan harus beli baru. Jadi saya masih punya banyak buku kosong.

Semalaman perasaan saya gak jelas, dan radio muter lagu galau terus. Akhirnya saya ambil buku kosong dan nyoret-nyoret. Bener-bener nyoret-nyoret. Bukunya penuh torehan abu-abu dan menjadi sebuah garis abstrak.

Saya sambil mikir, tentang seseorang yang dari dulu jadi pergumulan dalam pikiran saya. Terus dan terus. Saya terus menerus doa sama Tuhan tentang dia, dan gak pernah ada jawaban.

Saya kembali buka-buka surat-surat yang saya tulis untuk dia, dan membacanya. Sampai eneg sendiri, "kok gue alay banget ya?".

Tengah malam, adalah saat yang terbaik untuk menulis. Tapi, damn saudara-saudara, laptop saya baru diinstall ulang dan semua microsoft office hilang!

Hilang mas, HILAAAANG!!!


Saya memeluk guling sambil berguling-guling sambil mendengarkan radio.

Jika aku bukan jalanmu, ku berhenti mengharapkanmu, jika aku memang tercipta untukmu, ku kan memilikimu...

Memori itu beputar-putar sendiri di kepala. "Bukan jalanmu? Maksudnya apa? Jadi gue bukan jalan yang ideal?" Saya ngebayangin saya adalah sebuah gang sempit yang diaspal aja cuma mimpi di siang bolong. Apa orang seperti saya tidak bisa diberi kesempatan? Kami juga butuh kesempatan (dalam konteks ini, aspal)!

Ya gue gendut, gue tahu. Gue gak secakep artis blabla... tapi...

Tapi semua orang layak jatuh cinta. Semua orang tahu itu. Jadi pada akhirnya, saya membiarkan saya TETAP jatuh cinta.

"Mak, aus gue..."

Saya membuka pintu dan langsung menyalakan lampu kamar. Daaaaan...

Pluk.

"Hay, saya kecoa!"

"KYAAAAA!!!"

Seisi rumah terbangun, kecoa gak berdosa itu kabur ke balik lemari sambil jerit "SALAH YEY APE CIIINNN!!" *dalam bahasa kecoa*

Ayah saya bangun, gaplok kecoa terduga bencong itu dan mau ngeflush di kamar mandi. Sayangnya, itu bertepatan saya keluar dari kamar mandi abis pipis.

"Kecoanya udah mati?"

"Udah. Nih!"

"KYAAAAA!!!!"

Kecoa itu tergeletak tak berdaya dan gelantungan ditiup angin. "Salah... yey... ape... ciii... ehek, ehek... oeeek..." dan dia pun menghembuskan nafas terakhir dan diflush.

Kembali saya ke kamar sambil bergaya ala ninja, tengok kanan kiri semoga si kecoa terduga bencong itu gak bawa temen atau dia kembali sebagai hantu. Meski... lumayan, bisa saya jadiin skenario film "Kecoa Jeruk Limun" atau "Susuk Kecoak" atau "Kecoakkk Juga Kecoak". Be a billionare like a boss.

Saya melempar badan ke kasur dengan lelah. Malam ini pasti jadi panjang banget.

Buku-buku pelajaran dan novel tergeletak manja di sebelah bantal saya. Semuanya sudah saya baca sampai bosan... rasanya... hoaaaa.... susah... banget... mau... nutup... ma... ta....

"Lha? Udah pagi ya?

Dan saya kapok, tidur siang kelamaan.

Komentar

  1. Bhahaha, nice story.. masih susah ngebayangin kecoa bencong itu kaya gimana.. :O

    BalasHapus
  2. kasihan kecoanya , tergeletak tak berdaya dan gelantungan ditiup angin :'(

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Demam Blog dan Hidup Naik-Turun

Me After 1 Years

Yang Ngilang, Yang Gak Dikangenin