Let's Talk About Dream...
Dream. Mimpi. Impian.
Menurut saya mimpi yang bunga tidur sama impian itu beda. Jadi kalau orang-orang meme satau comic mau bikin "Semua orang sukses punya target, target diawali dari mimpi, mimpi itu bunga tidur. Jadi kalau mau sukses... ya tidur!", saya gak pernah ketawa.
Itu cuma guyonan orang-orang yang sedikit meremehkan orang dengan mimpi banyak.
Merubah Indonesia lah, bikin Indonesia seengaknya menang AFC...
Orang yang bilang dirinya gak mampu itu ada 2:
1. Ya emang pengen tapi kemampuannya gak sampe
2. Dia PASTI bisa, tapi dia gak tekun
Om saya itu bersikeras banget saya CERDAS. Dia dulu seneng banget waktu saya bilang saya mau jadi dokter seperti dia.
Pas dia tahu, ketika seumur segini saya mau jadi pekerja seni (yang... yaaah, semua orang tahu orang seni jarang kaya kalau gak ngikut tren), nampak sekali dia kecewa.
Ketika saya dan adek saya hangout berempat sama beliau dan pacarnya, dia berkata "ya gitu sayang, dulu Rachel mau jadi astronot, mau jadi dokter kayak aku, akhir-akhirnya CUMA mau jadi PR"
Iya dia kelihatan kecewa saya mau ambil jalan hidup sebagai public relation. Orang-orang bakat berbicara dengan wawasan luas yang akhir-akhir ini cuma dianggap sama orang, SAMA AJA kayak SPG.
Dan saya tahu, selama saya nginep di rumah nenek saya, dia bisa melihat bahwa saya berhenti jadi left-brain-people.
Nampak sekali kekecewaan dia. Dan mungkin dia pikir ketika dia bicara tentang keinginan saya untuk jadi PR itu saya tidak paham sarkasme dan tidak bisa baca nada bicara saya.
Justru orang-orang seperti itu yang akan menjadi batu lompatan untuk saya maju.
Bukannya saya pada akhirnya jadi benci dan membangkang pada om saya. Tapi saya mengerti beberapa orang yang berharap sering sekali mudah kecewa dan kadang tidak akan membuka hati pada orang yang mengecewakan dia.
Tapi kan semua orang tahu, para pekerja seni (dalam konteks saya, stand-up comedian dan penulis) gak akan mendapat materi kalau tidak belajar dan keluar dari zona dan keahliannya. Contoh, sebagai calon penulis handal, saya harus belajar-belajar juga soal... entah geografi atau fotografi, karena kita sebagai penulis harus memberi ilmu pada pembaca, bukan cuma roman picisan kosong.
Pemimpi itu terkadang ditertawakan karena apa yang dia mimpikan gak cocok sama keadaan dia sekarang. Semacam ada pemulung mimpi bikin mesin pendaur ulang sampah. Orang bakal ketawa, karena ini orang buluk banget, gak ada penampilan orang-orang berdegree insinyur teknik sekeren Pak Habibie gitu.
Justru tertawaan itu yang bikin kita maju... atau bikin kita jadi stand-up comedian.
Terkadang makanya saya bilang kenapa saya gak mau jadi orang TUA (bukan dewasa), karena saya gak mau hidup seperti salah satu dari barisan-makan-macetnya-New-York-setiap-hari.
Saya mau jadi pekerja seni karena saya seneng lihat barisan macet itu tersenyum. Ketika mereka kehilangan tawa bocah mereka dan menjadi robot kemajuan jaman, saya seneng melihat mereka tertawa dan santai. Meski semua orang tahu mereka bisa gitu tiap jumat malam.
Pernah sekali saya nonton video youtube waktu Just Alvin ngundang abang Raditya Dika.
Ditanya ke abang, apa yang paling berjasa pada dia selama dia berkarir, dan dia jawab 'keluarga'. Karena katanya banyak temennya abang yang mau berkarya di industri kreatif dan dapat halangan dari keluarga.
Saya kok merasa sama kayak temen-temennya bang Raditya ya? Heeemm...
Tapi ya gitu deh, namanya juga hambatan pasti macem-macem. Dapet dari mana aja pasti namanya hambatan. Dan orang yang bisa nabrak hambatan, itu orang yang berani. Eh tapi saya gak bilang orang yang mengambil jalan muter untuk melewati halangan itu pengecut. Justru mereka adalah orang yang punya banyak akal. Tapi menurut saya, orang berani itu lebih hebat dari orang yang banyak akal. Kebanyakan mikir dua kali juga gak baik, meski jadi nekat dan berani juga terlalu beresiko.
Dan menurut saya, seharusnya orang berkata "jangan berhenti punya IMPIAN", bukan "jangan berhenti bermimpi".
Karena mimpi itu menimang-nimang orang hingga nyaman tidur lebih dari 8 jam sehari, dan bikin kita sakit ketika kita bangun.
Dan impian, itu lebih realistis menurut saya :)
Impian cukup dimulai dari hal yang lebih kecil, termasuk jadi seperti seseorang yang kita kagumi. Seperti, Gon Freecs:
Kalau menurut anda, teman-teman? Apa itu MIMPI dan IMPIAN? :)
Menurut saya mimpi yang bunga tidur sama impian itu beda. Jadi kalau orang-orang meme satau comic mau bikin "Semua orang sukses punya target, target diawali dari mimpi, mimpi itu bunga tidur. Jadi kalau mau sukses... ya tidur!", saya gak pernah ketawa.
Itu cuma guyonan orang-orang yang sedikit meremehkan orang dengan mimpi banyak.
Merubah Indonesia lah, bikin Indonesia seengaknya menang AFC...
Orang yang bilang dirinya gak mampu itu ada 2:
1. Ya emang pengen tapi kemampuannya gak sampe
2. Dia PASTI bisa, tapi dia gak tekun
Om saya itu bersikeras banget saya CERDAS. Dia dulu seneng banget waktu saya bilang saya mau jadi dokter seperti dia.
Pas dia tahu, ketika seumur segini saya mau jadi pekerja seni (yang... yaaah, semua orang tahu orang seni jarang kaya kalau gak ngikut tren), nampak sekali dia kecewa.
Ketika saya dan adek saya hangout berempat sama beliau dan pacarnya, dia berkata "ya gitu sayang, dulu Rachel mau jadi astronot, mau jadi dokter kayak aku, akhir-akhirnya CUMA mau jadi PR"
Iya dia kelihatan kecewa saya mau ambil jalan hidup sebagai public relation. Orang-orang bakat berbicara dengan wawasan luas yang akhir-akhir ini cuma dianggap sama orang, SAMA AJA kayak SPG.
Dan saya tahu, selama saya nginep di rumah nenek saya, dia bisa melihat bahwa saya berhenti jadi left-brain-people.
Nampak sekali kekecewaan dia. Dan mungkin dia pikir ketika dia bicara tentang keinginan saya untuk jadi PR itu saya tidak paham sarkasme dan tidak bisa baca nada bicara saya.
Justru orang-orang seperti itu yang akan menjadi batu lompatan untuk saya maju.
Bukannya saya pada akhirnya jadi benci dan membangkang pada om saya. Tapi saya mengerti beberapa orang yang berharap sering sekali mudah kecewa dan kadang tidak akan membuka hati pada orang yang mengecewakan dia.
Tapi kan semua orang tahu, para pekerja seni (dalam konteks saya, stand-up comedian dan penulis) gak akan mendapat materi kalau tidak belajar dan keluar dari zona dan keahliannya. Contoh, sebagai calon penulis handal, saya harus belajar-belajar juga soal... entah geografi atau fotografi, karena kita sebagai penulis harus memberi ilmu pada pembaca, bukan cuma roman picisan kosong.
Pemimpi itu terkadang ditertawakan karena apa yang dia mimpikan gak cocok sama keadaan dia sekarang. Semacam ada pemulung mimpi bikin mesin pendaur ulang sampah. Orang bakal ketawa, karena ini orang buluk banget, gak ada penampilan orang-orang berdegree insinyur teknik sekeren Pak Habibie gitu.
Justru tertawaan itu yang bikin kita maju... atau bikin kita jadi stand-up comedian.
Terkadang makanya saya bilang kenapa saya gak mau jadi orang TUA (bukan dewasa), karena saya gak mau hidup seperti salah satu dari barisan-makan-macetnya-New-York-setiap-hari.
Saya mau jadi pekerja seni karena saya seneng lihat barisan macet itu tersenyum. Ketika mereka kehilangan tawa bocah mereka dan menjadi robot kemajuan jaman, saya seneng melihat mereka tertawa dan santai. Meski semua orang tahu mereka bisa gitu tiap jumat malam.
Pernah sekali saya nonton video youtube waktu Just Alvin ngundang abang Raditya Dika.
Ditanya ke abang, apa yang paling berjasa pada dia selama dia berkarir, dan dia jawab 'keluarga'. Karena katanya banyak temennya abang yang mau berkarya di industri kreatif dan dapat halangan dari keluarga.
Saya kok merasa sama kayak temen-temennya bang Raditya ya? Heeemm...
Tapi ya gitu deh, namanya juga hambatan pasti macem-macem. Dapet dari mana aja pasti namanya hambatan. Dan orang yang bisa nabrak hambatan, itu orang yang berani. Eh tapi saya gak bilang orang yang mengambil jalan muter untuk melewati halangan itu pengecut. Justru mereka adalah orang yang punya banyak akal. Tapi menurut saya, orang berani itu lebih hebat dari orang yang banyak akal. Kebanyakan mikir dua kali juga gak baik, meski jadi nekat dan berani juga terlalu beresiko.
Dan menurut saya, seharusnya orang berkata "jangan berhenti punya IMPIAN", bukan "jangan berhenti bermimpi".
Karena mimpi itu menimang-nimang orang hingga nyaman tidur lebih dari 8 jam sehari, dan bikin kita sakit ketika kita bangun.
Dan impian, itu lebih realistis menurut saya :)
Impian cukup dimulai dari hal yang lebih kecil, termasuk jadi seperti seseorang yang kita kagumi. Seperti, Gon Freecs:
![]() |
| "Ini tangan Gon. Gon punya tangan." |
Kalau menurut anda, teman-teman? Apa itu MIMPI dan IMPIAN? :)

iyaa. aku juga sepertinya salah satu perempuan yang punya banyak banget mimpi. kadang ada aja orang yang meremehkan, tapi aku yakin aku bisa, dan aku pengin buktiin ke orang itu kalau dia salah udah ngeemehin.
BalasHapusyuuk semangat terus gapai setiap impianmu :))
yo. kadang orang ngeremehin mimpi yang ingin kita capai. biarin aja orang kayak gitu mah. yang penting, kita yang harus bisa buktiin ke mereka.
BalasHapus