Sumpah, Saya Pemuda!
(Postingan ini meleset dua hari dari hari H. Maapkan saya ^w^)
Upacara lagi... upacara lagi.
Kadang emang ngeselinnya hari nasional tuh gitu. Kadang udah libur, upacara juga -_-
Sumpah Pemuda. Ini sebenernya tentang persatuan. Dimana sebuah komponen dalam satu negara yang selama ini berjuang sendiri, tiba-tiba berjanji untuk bersatu dan... berhasil! *brb panggil Dora* *joget idiot* *dora dibawa Kak Seto* *gue dibius pengontrol hewan liar*
Sebenernya memang banyak yang harus kita terima dari fakta bahwa masa lalu bukanlah masa kini.
Sulit bersatu dalam perbedaan yang terlalu mencolok, terutama soal agama dan prinsip. Karena semua orang dilindungi hak asasinya, dan tidak berhak dipaksa sama.
Terkadang banyak manusia anarkis memaksa rukun. Mereka memaksa semua ikut kehendak mereka biar semua selesai. Kita masabodokan mereka, kita pedulikan korban. Tapi itu nanti, di posting kapan-kapan aja pas saya udah gede.
Kita ga bisa berkelit dari fakta bahwa ini eranya Twitter dan Camera 360 *cie yang baru install cieee... kemana aje lu tong baru donlot?*. Jadi kita ga bisa maksa anak-anak muda gemar-pake-efek-sexy-lips untuk berjuang melawan penjajah. Wong lipgloss luntur aja nangis.
Kita ga bisa maksain semua anak muda untuk kembali. Ini memang harus diperangi, karena alay itu pembodohan. Tapi ini eranya, dan kita tidak bisa meniadakan alay karena ini semi-permanen. Tapi kita bisa memberi mindset bahwa alay itu overrated dengan... ya ngasih contoh lah!
Sumpah deh! Saya ini pemuda!
Banyak yang bilang gitu. Tapi nyatanya menuakan diri sendiri dengan sok dewasa... padahal jadinya tua!
Anak muda pengen jadi tua, bilangnya gak bisa apa-apa dan males karena merasa...
1. Ga bisa apa-apa, ga punya power untuk melawan karena masih mungil
2. Males. Mending main warnet. Gue masih muda ini.
2. Males. Mending main warnet. Gue masih muda ini.
Memang, pemuda dulu juga pasti pemuda-pemuda SMA dan Kuliah. SMP mungkin sedikit, tapi kita kan ga tau. Tapi yang kita semua ga bisa ngelak bahwa... Indonesia itu digerakin sama pemudanya. Karena yang punya tenaga itu yang muda. Tapi mereka irit tenaga... sampai tenaga itu abis dan nguap kemana gatau pas mereka tua nanti.
"Sumpah deh! Kita ini pemuda!"
Tapi...?
Tapi apa?
Tapi bodoh. Tapi nyolot. Tapi mulut ga punya otak. Tapi argumennya basi dan cemen. Tapi beraninya ikut arus.
Banyak orang yang ikut arus karena mau aman. Mungkin dia belum ketemu siapa dia, mungkin dia merasa ngumpet itu enak atau dia aja yang suka diliat orang kalau ikut arus, biar dibilang normal.
Satu temen saya yang kurang ajar dan... ehem... keparat, pernah bilang sama saya pas saya mau nyari ide untuk kembali menulis novel:
"Lo ke toko buku aja. Datengin rak bestseller terus liat tulisan apa yang lagi ngetren! Lo tiru deh!"
Itu kurang ajar. Itu pantang. Itu anak muda? Haha.
Saya rasanya kayak diiris waktu denger kalimat itu. Seakan otak kita yang sebesar apaan tau yang kita bawa tiap hari itu gak bisa nyari ide.
Tapi emang sih... dia emang kalau liat orang punya apa atau gayanya gimana, suka ditiru. Nyaman sih, jadi bayangan orang lain X) padahal namanya sama kayak artis Indonesia yang Go Internasional dan anti-mainstream. Halah, apalah arti sebuah nama.
Kecintaan terhadap Indonesia gak harus digambarkan dengan hafal pancasila. Kecintaan terhadap Indonesia gak harus digambarkan dengan hafal UUD 1945. Kalau anda hafal tanpa pengamalan, lebih baik hafalin aja lagu smash sama CJR sampe botak.
Anak muda seumuran teman-teman saya gempur belajar teori. Hafal isi buku PKN diluar kepala, tapi tidak ada pengamalan. Mungkin kalau kita bisa hafal, masuk dalam alam bawah sadar dan lambat laun akan jadi habit. Tapi apa iya masuk ke alam bawah sadar?
Mengaku berbahasa, bertumpah darah dan berbangsa satu. Tapi rasanya mending hidup di Korea karena enak, anak mudanya santai dan pinter-pinter. Di Indonesia capek, kalau mau enak harus belajar dulu, bangun negara dulu. Disana pemerintahnya enak, di Indonesia korup semua.
Eh situ dikasih otak buat dipake. Kalo situ pinter, situ ga kepake di Korea. Disana udah kebanyakan orang pinter.
Apa? Mau di Jepang?
Disana juga ude banyak orang pinter tong! Ente ga kepake disana! Disini aja kaga beres. Disana sehari juga lo lompat dari gunung fuji kali.
Yah. Begitulah. Kita memang tidak akan pernah bisa mengelak kalau sekarang bukan yang dulu. Mungkin harapan melihat anak-anak muda yang inovatif dan berani melawan ketidakadilan seperti dulu, meski tanpa bambu dan klewang, gak akan pernah. Wong guru killer typo aja takut protesnya.
Mungkin semua cuma angan basi. Karena nyatanya anak mudanya ga berotak. Pemalas, tukang cari ribut, jago mulut, berisik, banyak gaya, ga bisa bersyukur, lebih cinta negara lain, banyak gaya.
Tapi adakah pemuda berani yang ingin dan haus perubahan serta inovasi?
Mungkin sekarang mereka sedang melakukan pergerakan underground yang tidak kita ketahui? :D semoga saja.
..

Satu penilaian... ini...menggambarkan diri sendiri ya?
BalasHapusCMIIW
Maafkan kalau salah, di koreksi aja :)
Orang pinter nggak memandang negara sih, kak, biasanya. Contohnya pak Habibie, dia pinter di Indonesia, tapi ya sama, disia-siain, disepelein tapi malah dianggap dan dijunjung tinggi di Jerman, walaupun di Jerman tau sendirilah otak orangnya lebih wow haha. Sumpah, saya nggak bohong. *loh* hahah :))
BalasHapuskunjungan perdana sobat, Salam kenal ya :)
BalasHapusbakalan sering2 main ke sini aku, hehe
mampir ya di blogq :)