Teman

Aku rindu.

Kali ini aku memaksakan diriku untuk mengembalikan semua.
Semua status teman yang dahulu kita punya sebelum surat itu tiba di tanganmu.

Aku rindu.

Aku merasa ketika kita kembali menjadi teman, aku akan tahu batas, kita akan dekat kembali tanpa harus peduli apapun. Toh kita teman, kau bisa seperti itu pada perempuan lain.

Aku rindu.

Dahulu tidak seperti ini.

Aku rindu.

Dahulu aku tidak peduli. Dahulu aku menyukaimu searah, tidak peduli dibalas, karena aku suka tanpa dasar. Terus jatuh ke dalam bumi, tak berdasar.

Aku rindu.

Ketika kita BENAR-BENAR hanya teman. Bahkan aku rindu ketika aku belum menyukaimu. Aku rindu ketika aku bisa memukul bahumu dan punggungmu. 

Aku rindu.

Aku bisa membentakmu dan mendekatimu dengan tatapan tajam.

Aku rindu.

Sebaiknya memang seperti itu. Aku tidak tahu apa yang aku harapkan.
 
Aku rindu.

Rindu temanku yang dulu. Rindu temanku yang tidak canggung meminta bantuan, tidak canggung bertanya dan tidak canggung merepotkanku. I miss your face when you're count on me for everything.

Aku rindu.

Jarak-jarak dan sekat-sekat rasa canggung dan sungkan yang kita berdua ciptakan terlalu parah.

Aku rindu.

Namun aku merasa semua tidak ada gunanya dipertahankan. Sedetik lagi aku harus menyadari bahwa perasaan rindu itu menyiksa lagi.

Aku rindu.

Namun otakku tahu bahwa semua tidak ada gunanya. Semua tidak bisa dibiarkan.

Aku rindu.

Namun biarkan aku mencari teman lain. Yang suatu hari bisa kucintai dengan pantas, tepat waktu dan secara tanpa sadar. Sehingga aku tidak tersiksa.

Aku rindu.

Tapi... selamat tidur, temanku.

Teman yang tidak pernah bisa kurindukan lebih dari batas yang seharusnya.

(Dari seseorang di kelas 9 di lantai 2 yang masih menunggu balasan SMS-mu soal tugas Bahasa Indonesia: menceritakan kembali cerpen)

Save as draft. Exit.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Demam Blog dan Hidup Naik-Turun

Me After 1 Years

Yang Ngilang, Yang Gak Dikangenin