Review Buku Nona Teh dan Tuan Kopi: Parak (Buku Pertama)
(MENGANDUNG SPOILER)
Crowdstroia adalah seorang penulis yang terkenal di Wattpad karena kecerdasan menulis pada usia muda, dan aliran anti-badboy yang dianutnya. Setelah cukup lama menunggu, Troia akhirnya menemukan penerbit yang bisa mendewasakan NTdTK sebagai karya andalannya (kira-kira begitulah yang kami para pembaca rasakan dari akun Wattpadnya), yaitu KataDepan, di bawah asuhan editor senior, Gita Romadhona.
Hal pertama yang dilihat dari pembeli novel adaptasi Wattpad adalah: I N I I S I N Y A S A M A K A Y A K W A T T Y G A K
Untungnya, tidak. Bahkan buku ini berbeda dari versi self-pub yang Troia buat beberapa waktu lalu (sempet baca sampai bagian tengah, eh disita guru MTK. Padahal bukan punya saya, dikasi pinjem sama Troia, ada TTD Tere Liye-nya lagi. Untung udah balik, lol) untuk konsumsi pribadinya supaya lebih luwes ngedit untuk dirinya dan luwes review untuk teman-temannya.
Karena memenangkan The Wattys 2016, Troia berhasil jadi salah satu novel Wattpad tanpa embel-embel 'syudah dibacha oleh blabla orang di wetpet' (selain itu ada juga Petjah, The Playlist, Heart Reset, dan Secangkir Kopi dan Pencakar Langit dari penulis-penulis Wattpad dari penerbit berbeda) yang sering ditakuti oleh banyak calon pembeli. Meski berbanding terbalik dengan statement editor NTdTK bahwa "branding tetap penting, untuk menunjukkan identitas novel" (setuju setuju aja kok)
Masuk ke pengalaman pribadi membaca NTdTK. Kesan pertama saya adalah perasaan cukup berat. Mungkin karena dibaca setelah menghadiri launching, dan dilanjut di sela-sela waktu kosong saat belajar untuk USBN.
Diingatkan lagi bahwa NTdTK dikerjakan sejak Troia masih berusia kira-kira sama dengan saya, dan membuat sekuelnya serta editing untuk novel terbitnya pada semester tiga (sekarang). Sebagai yang pernah memaksakan diri untuk baca versi Wattpad di sela kesibukan kelas sebelas, saya masih bisa merasakan kualitas tulisan Troia dalam sekali lirik.
1. Alur
Parak sendiri memiliki alur yang menarik. Dikisahkan Varsha, yang tidak mau menikah karena lelah melihat sang ayah yang terus menyakiti hati ibunya karena berselingkuh. Bukan karena takut mendapat suami tukang selingkuh, namun Varsha lebih takut pada apa yang akan anaknya alami bila ada di tengah-tengah keadaan: 1) pernikahan rusak yang masih dipaksakan ada demi mereka, atau 2) pernikahan rusak yang dipisahkan dan bingung harus memilih di antara kedua orang tuanya.
Varsha adalah cerminan perempuan ibukota yang terus dihujani komentar kolot dari orang-orang berpikiran pendek yang mengira seorang manusia akan mati tanpa pasangan hidup, mengira Varsha sudah merasa kaya dan jadi perempuan pilih-pilih, memaksakan pasangan hidup sebagai poros kehidupan wanita.
Saya bisa berkata secara gamblang bahwa: bukan hanya kisah ini yang akan kalian dapatkan bila membeli Parak. Selain karena NTdTK sendiri dibagi menjadi dua buku setelah terbit, memang bukan ini yang ingin Troia tonjolkan untuk kita. Ada dunia-dunia lain yang ingin ia tunjukkan: dunia Tuan Kopi.
Regen adalah laki-laki yang dipertemukan pada kehidupan Varsha sejak dua tahun lalu, lewat pertemuan-pertemuan yang kata orang 'magis' dan 'novel abis'. Pertemuan-pertemuan yang membuat Varsha melewati seluruh jalur yang Regen pernah lewati di Jerman kala itu. Bahkan Varsha menyimpan salah satu gambar Regen di meja kafe yang ia duduki sebagai gantungan kunci.
NTdTK adalah sebuah kisah yang mungkin tidak bisa digambarkan alurnya dengan satu kalimat (seperti yang sudah kita pelajari dari teknik dasar kepenulisan bahwa "tulisan yang runut dan baik adalah tulisan yang bisa dijelaskan alurnya dalam satu sampai dua kalimat"), namun pesan dan benang merah cerita (sebagai orang yang belum baca NTdTK versi Wattpad rasakan), saya rasa ada pada quotes "pada akhirnya, pengkhianatan hanya akan ada di tengah kepercayaan".
Alur NTdTK tidak bisa langsung dicetus dalam satu kata. Menurut saya, ada banyak jalinan-jalinan benang yang berlainan arah, tapi mengarah pada satu titik pada novel ini. NTdTK bukan novel dengan alur-alur sembrawut ala sinetron yang berlarian tanpa aturan. NTdTK adalah alur-alur runut yang berjalan pada satu arah, yang bisa kita tunggu sama-sama ke mana arahnya.
(diem-diem saya bersyukur ga pernah baca versi Wattpad, jadi bakal banyak kena jeder jeder kaget setiap beli Parak dan teman-temannya yang pra-natal itu)
Entah apa yang akan ada di Arkais, atau bahkan Taklik (sebagai sekuel NTdTK di Wattpad). Tapi saya akan sangat menunggu, dan saya harap kalian juga.
2. Penokohan
NTdTK bukan lagi sebuah novel canggung asal pungut (mau jahat? nih gue jahat) dari Wattpad yang karakternya gamang, berubah-ubah rasa dan hobi. Mungkin karena NTdTK berada pada tangan penulis dan editor yang benar (dan temen-temen pembaca yang benar, Troia bangga sama masukan-masukan dari temen readers dan temen deketnya, dia sering bilang gitu ke saya). Varsha bukan sekedar perempuan dengan pendirian kuat, tapi juga penokohan kuat. Sama hal dengan Regen, bahkan hal-hal tritagonis seperti Aksel dan keluarga bahagianya si Regen.
Cara satu dan tokoh lain berbincang, seakan Troia sudah hidup dan ada di umur yang sama dengan mereka setiap harinya. Tidak ada kekakuan yang nyata (mungkin terasa karena sesekali harus tetap baku agar novelnya tetap profesional dan tidak 'ngagetin' saat baca narasi novel yang baku, tapi juga harus santai ala keluarga yang 'hidup') dalam percakapan antar tokoh. Setiap tokoh diberi fungsi masing-masing dan ditaruh di posisi yang benar.
Satu tokoh yang mencolok bagi saya adalah Hektor, anak asuh Varsha. Awal menemukan dia dirundung (dibully) oleh 'teman-teman' di panti asuhan, saya merasa bahwa Hektor tidak berusia sama dengan yang Troia maksud (sudah mau masuk SMP). Dengan keadaan latar tempat tinggal di Jakarta dan umur yang rentan copying other, agak unik melihat Hektor tetap jadi anak baku, baik, ramah, penurut, bahkan saat pertama bisa diajak bicara oleh Varsha (kalau setelah di rumah Varsha jadi baik dan manut mah wajar. Kan, Varsha sendiri yang bilang "kalau tinggal dengan saya, kamu harus jadi anak yang nurut dan tertib.". Mungkin itu keistimewaan Hektor, atau Troia pada masa SMA dulu gak menemukan anak SD ngomong anj-- dan bangs--, saya juga gatau. Atau mungkin, teman Varsha yang punya panti itu memang bisa mendidik Hektor dengan baik, meski teman-teman seusia Hektor lainnnya membandel.
Regen sendiri, saya langsung teringat Remi di Perahu Kertas versi film, dengan brewok yang bersih dan wajah yang lebih tidak tajam (mata, alis, dan rahangnya Reza Rahadian kan cukup 'tajam' dan 'laki'). Profesionalisme dan kehangatan yang sama, Regen meninggalkan kesan di hati pembacanya.
3. Kesan yang Didapat
Saat membaca, yang kalian rasakan adalah kesan premium dan 'berisi'. Bagi yang sedang berniat membaca sesuatu yang 'meaningful' dan 'mendikte', NTdTK adalah bacaan pas. Meski saya bilang pada kalimat sebelumnya bahwa NTdTK 'mendikte', namun NTdTK bukan setumpuk buku movitasi/quotes yang terang-terangan ngajarin pembacanya cara bertahan hidup atau berperilaku. Lewat emosi, kita ditarik untuk paham bagaimana rasanya seorang wanita karir menjadi dirinya sendiri di tengah tekanan wanita-wanita old-style sederhana yang menekannya untuk menikah, atau merasakan perasaan sakit keponakan-keponakan Varsha ketika sang Nenek meninggal, dan keempat orang tua (yup, kedua abang Varsha sama-sama tukang selingkuh) mereka tidak punya alasan mempertahankan apapun, karena toh sang Papi juga bukan contoh yang baik, dan hanya sang Mami yang berharap mereka bertahan dalam pernikahan rusak ini.
4. Unsur Eksternal
* Tidak ada pembatas buku. Jadi siap-siap struk belanja atau semacamnya untuk membatas NTdTK, kalau kalian bukan yang suka lipet-lipet ujung buku.
* Kertasnya ringkih. Saya tangannya mudah berkeringat, baru megang agak lama dengan jari di satu titik karena fokus baca ulang satu baris halaman sebelum, tiba-tiba udah ada titik air. Setelahnya, pinggir halaman sobek sedikit saat dibalik.
* Harga SANGAT masuk akal dengan ketebalan dan kualitas yang kalian dapat
* Kertas kover juga sama lemasnya dengan kertas isi, jadi berhati-hati. Tapi untungnya, kovernya glossy, jadi enak dielus-elus. Timbul dikit juga
* Fontnya gede-gede. Bye-bye mata sakit. Tapi mungkin bagi kalian yang tidak terbiasa baca novel dengan font Times New Roman seperti saya, dan lebih suka font kurus seperti Calibri, mungkin akan berasa sedikit gatel selama membaca
Segitu saja yang bisa disampaikan dari pengalaman membaca Parak saya.
Komentar
Posting Komentar